Minggu, 06 Juli 2008
Stasiun Semarang Gudang yang Malang
TAHUN 1978 aku diajak oleh bapakku tepatnya pada hari minggu ke sebuah tempat yang disebut sebagai spoorland. Dalam benakku waktu itu, spoorland adalah stasiun kereta api lain di kota Semarang. Ketika sampai di lokasi yang letaknya di sebelah timur Stasiun Semarang Tawang, yang aku lihat hanyalah hamparan tanah seperti ladang rumput menguning dengan jajaran rel kereta api, gerbong barang jenis GW, ketel BBM, serta lokomotif diesel D301, dan BB300. Tak ada bangunan stasiun maha besar seperti Semarang Tawang atau Semarang Poncol. Namun yang maha besar adalah spoornya yang tak terhitung jumlahnya. Di dekat kilang minyak Pertamina ada bangunan stasiun lengkap dengan semacam rumah sinyal kuno dari kayu, orang menyebutnya itu Stasiun Kemijen (hingga saat ini aku masih meyakini bahwa itulah Stasiun Kemijen, tetapi temanku yang lain justru menyanggah...terserah dehh ...capek dehhh....dehhh). Di Stasiun Kemijen itu terdapat aktifitas langsir gerbong barang atau ketel Pertamina yang ditarik lok D301 dan BB200. Pada jalur rel KA yang paling tengah, dan aku yakini sebagai sepur lempeng (jalur utama) tiba-tiba melintas lok BB301 dari arah timur menarik rangkaian kereta eksekutif (entah namanya KA apa, soalnya aku masih kecil belum tahu nama-nama KA) berjalan kencang hendak memasuki Stasiun Semarang Tawang. Pemandangan itu kemudian mirip dengan rangkaian Argo Bromo Anggrek melintas dari arah timur menuju Stasiun Semarang Tawang ditarik lok CC203. Mobil yang aku tumpangi bersama bapakku berhenti di sebuah tanah yang disampingnya terdapat bangunan gudang dan jajaran rel (spoor) beserta gerbong barang GW, gerbong kricak bak terbuka, dll. Tiba-tiba salah satu rel dari arah Stasiun Semarang Tawang masuk lok BB200 menarik rangkaian ketel bertuliskan Tatas (baca :Tetes) yang akan mengangkut tetes tebu milik PG Rendeng di Kudus. Namun sebelum ke kota kretek itu, lok BB200 hanya meng oper rangkaian ketel Tatas tadi dan selanjutnya ke kota kretek ditarik lok kecil D301. Lantas apa nama tempat aku dan bapakku nongkrong yang dipenuhi gudang, spoor, gerbong barang, dll itu? Ya itulah Semarang Gudang di tahun 1978.
Dua puluh sembilan tahun kemudian, tepatnya September tahun 2007 aku bertandang ke Stasiun Semarang Gudang yang sudah berubah hampir 100%. Ladang rumput menguning kini tak kutemui lagi. Kini berubah menjadi danau rob atau penampung banjir hujan hingga menenggelamkan spoor yang dulu tersebar merata. Rel KA dari Stasiun Semarang Tawang yang dulu pernah dilintasi lok BB200 menarik ketel Tatas, kini besi relnya sudah banyak yang raib. Perangkat wesel elektrik mangkrak dan onderdilnya dijarah penjarah yang terkutuk. Bahkan yang bikin aku mbrebes mili adalah besi rel di bawah gerbong Pusri, raib disikat maling. Menurut penjaga Stasiun Semarang Gudang yang aku temui, bahwa pihaknya tak berani berbuat apa-apa lantaran aksi penjarahan dilakukan berkelompok lebih dari lima orang, sehingga apa boleh buat pihak stasiun dibantu Daop 4 PT KA pernah meminta bantuan keamanan dari Brimob.
Stasiun Semarang Gudang tercatat terakhir dilalui KA Anta Boga dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada tahun 2003, sedangkan KA yang lewat terakhir adalah rangkaian KA Pusri pada bulan Agustus 2006. Setelah itu tak ada lagi aktifitas KA melintas atau stabling di Stasiun Semarang Gudang. Bagi yang ingin berkunjung ke Stasiun Semarang Gudang, sebaiknya hati-hati bila membawa barang mahal, karena tempat tsb rawan kriminalitas. Dan jangan kaget bila di sepanjang jalan menemui orang bertelanjang dada dengan tato memenuhi tubuhnya serta pasang muka seram. Itulah wajah Semarang Gudang yang malang.
Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
ternyata stasiun ini adalah stasiun tertua di indonesia... semestinya ini bisa menjadi semacam cagar atau minimal museum seperti di ambarawa....
tapi apa daya tak ada upaya melestarikan, juga faktor alam yang tidak mendukung..
Wahh..keren^^
Klo lokasi stasiun Samarang NIS dmn,mas? masih ada kah bentuk fisiknya?
Apa kabarnya mas nugroho.Sudah lama tidak berkunjung ke blognya.
Menarik perhatian saya liputan mengenai jalur mati kereta api e.g semarang gudang. Kalau ada pengalaman lain boleh di share mas e.g rel ponorogo,rel ciwideuy dll
Salam
Semboyan35
saya masih tinggal didaerah situ smp sekarang mas..
sedih juga tiap 3 tahun sekali harus meninggikan rumah agar tidak kebanjiran krn air rob..
Posting Komentar