MENCARI jejak stasiun kereta api pertama di Indonesia, memang amat sangat sulit. Stasiun kereta api pertama di Indonesia bukan Stasiun Semarang Tawang, atau Stasiun Ambarawa, atawa Stasiun Gambir. Melainkan Stasiun Tambak Sari alias Stasiun Kemijen. Konon pembangunan stasiun kereta api ini dimulai pada tanggal 10 Juni 1864 alias 108 tahun sebelum aku lahir di muka bumi Semarang ini. Yang membangun adalah perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda namanya NIS (Nederlands Indische Stoomtrammascapaj) dengan mempekerjakan tenaga dari bangsa pribumi tanpa di beri upah dan makan alias kerja paksa. Akibatnya pembangunan stasiun KA pertama ini berikut jalurnya sepanjang 25 km ke arah Tanggung-Grobogan, menelan korban jiwa cukup banyak. Sayang, usia Stasiun Kemijen tak berumur lama, pada tahun 1914 NIS melirik tanah di wilayah Tawang Semarang dan ditempat tersebut dibangun Stasiun Semarang Tawang sebagai stasiun ujung (terminus cop) untuk jalur KA milik NIS. Akibatnya Stasiun Kemijen terbelah dua menjadi Stasiun Semarang Gudang dan Halte Kemijen. Bicara tentang Halte Kemijen, sebelumnya banyak yang salah kaprah kalau halte tersebut adalah Stasiun Kemijen. Akibatnya di milis keretapi pernah muncul perdebatan seru antara aku dengan temanku sesama railfan (pecinta kereta api) tentang kebenaran Stasiun Kemijen atau Halte Kemijen. Titik terang tentang salah kaprah itu baru terjawab ketika aku menghadiri rapat anggota IRPS (Indonesian Railway Preservation Society) Semarang di rumah Bang Yos (B Yosanto) tak jauh dari Stasiun Alas Tuwa Semarang. Walau aku sudah mantan IRPS, namun aku datang ke acara itu untuk sosialisasi PeKAMatra (Peduli Kereta Api Masinis Putra), lembaga sosial peduli tenaga kerja kereta api yang bertugas memotivasi pekerja kereta api. Saat itu Pak Tjahjono Raharjo yang dosen Unika Sugiyopranoto Semarang mengatakan bahwa pernah muncul salah kaprah pengertian antara Halte Kemijen dengan Stasiun Kemijen. "Yang betul bangunan mirip stasiun kecil di dekat kilang minyak Kemijen itu bukan Stasiun Kemijen tetapi Halte Kemijen," kata Pak Tjahjono. Pembicaraan soal Stasiun Kemijen dan Halte Kemijen makin gayeng ketika kami sepakat untuk melakukan penelitian terhadap situs sejarah bekas Stasiun Kemijen. Dalam bayangan kami, seandainya dalam penelitian dan penggalian nantinya berhasil menemukan situs mungkin berupa pondasi tiang bekas bangunan yang sudah terendam air rob, maka kami akan merasa senang bukan kepalang. Terus terang, untuk bangunan stasiun KA di kawasan Pengapon-Kemijen Semarang, semuanya sudah punah. Stasiun Kemijen sudah 94 tahun lenyap, sedangkan Halte Kemijen sudah musnah 18 tahun silam, dan Stasiun Semarang Gudang yang asli berbentuk mirip bangunan Stasiun Bogor, juga sudah lenyap, sehingga hanya menyisakan bangunan kecil bekas bagian kantor Semarang Gudang yang kini berfungsi sebagai Stasiun Semarang Gudang kedua. sedih rasanya dengan hilangnya bangunan stasiun bersejarah di Semarang. Seandainya sejak zaman tahun 1970-an sudah ada IRPS, mungkin bangunan itu tak akan dilibas habis anak manusia tak bertanggung jawab.Jayalah kereta api Indonesia...Semboyan 40/41.
Nugroho Wahyu Utomo
Minggu, 13 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar