Pada bulan Juli 1979, minggu malam senin, bukan malam minggu looh, aku dan keluarga mengantar adik ibuku beserta putranya pulang naik kereta api ke Jakarta. Waktu itu aku masih ingat rangkaian kereta api kelas eksekutif yang berangkat dari spoor 1 Stasiun Semarang Tawang pukul 21.00 WIB ditarik lokomotif CC200 (tetapi aku ingat no serinya). Tepat pukul 21.00, rangkaian kereta api (entah namanya apa) berjalan meninggalkan spoor 1 Stasiun Semarang Tawang menuju Jakarta. Tetapi aku dan keluargaku tidak langsung pulang ke rumah. Aku sempat melihat ada lok BB200 berjalan di spoor 4 kalau nggak salah tengah berjalan pelan lalu berhenti. Tetapi semboyan 35 nya kok bukan suara semboyan 35 khas lok diesel yang bunyinya tueeennn.... malah bunyinya mirip semboyan 35 lok uap, bahkan bener-bener lok uap yang bunyinya kuuuk....kuuuk... Lucunya saat itu aku nggak melihat ada lok uap tengah stabling di Stasiun Semarang Tawang. Dugaanku saat itu, lok uap tengah berada di samping lok BB200 sehingga bodinya tertutup lok BB200 dan lagi lok uap yang ngumpet di balik BB200 tadi nggak menyalakan lampu walau malam hari. Aku masih ingat dongeng dari Pak Naryo (pensiunan masinis Depo Lok Semarang Poncol) bahwa konon masinis lok uap zaman dulu kalau cuma langsir atau jalan malam nggak pake lampu sudah biasa, terkadang lampunya cuma lampu mirip lampu minyak seperti lok uap kecil yang melintas di jalur-jalur cabang dan kini sudah tidak aktif macam jalur cabang Semarang-Rembang, Kedungjati-Tuntang-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta, Secang-Temanggung-Parakan, Wonosobo-Purwokerto, Purwokerto-Purbalingga, dll. Lucunya dulu jarang sekali ada lok anjlok dari rel. "Kalau anjlok ya kita dongkrak sendiri bersama juru api," kata Pak Naryo. Jayalah kereta api Indonesia. Semboyan 40/41.
Nugroho Wahyu Utomo
Jumat, 04 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar