Selasa malam Rabu (8/7), aku mendapatkan sms dari Kepala Depo Lokomotif Semarang Poncol Dwi Prio P atau akrab disapa Pak Prio. Beliau mengirimkan pesan melalui sms bahwa sejak minggu pertama bulan Juli 2008 telah ditempatkan di Depo Lok Jatinegara Jakarta. "Wah...aku kehilangan teman ngobrol tentang kereta api," kataku. Sosok Pak Prio memang berbeda dengan yang lain. Walaupun sudah berstatus sebagai Kepala Depo Lok Semarang Poncol(SMC) saat itu menggantikan Bapak Suyatno yang purna tugas, namun beliau sangat dengan rekan-rekan IRPS Semarang. Sebelum menjadi Kepala Depo Lok SMC, tepatnya diposisikan di bagian rencana dan organisasi Depo LOk SMC, beliau sangat ramah. Satu hal yang aku suka adalah beliau sangat respect terhadap tulisan-tulisan kereta api karyaku yang dimuat di rubrik Wacana Lokal atau Wacana Nasional Harian Suara Merdeka sepanjang tahun 2007-2008. Posisi beliau yang sangat dekat dengan rekan-rekan IRPS termasuk aku, bukan berarti menjadikan aku untuk bertindak seenaknya (ngelunjak). Ada sebuah kisah lucu yang aku alami ketika bertemu pertama kali dengan beliau. Tepatnya pada bulan November 2005, untuk kali pertama aku blusukan ke Depo Lok Semarang Poncol. Di siang hari yang terik itu kebetulan di depo tengah ada acara Halal Bi Halal karyawan depo lok SMC bahkan pake hiburan band segala. Siang itu aku berencana mau motret lok-lok yang stabling di depo, tetapi sebagai orang Jawa tentunya untuk melakukan kegiatan itu harus kulonuwun (permisi) dulu dengan orang depo. Sendirian, aku memberanikan diri minta izin motret, padahal orang depo belum kenal aku begitu sebaliknya. Aku melihat sosok pria dengan rambut tipis mengenakan seragam biru tua. "Permisi pak, minta izin motret, dari penggemar kereta api, temannya Mas Bowo (Mighty Bowo)," kata aku dengan lugu. "Oh...silahkan," kata pria berrambut tipis itu. Kenapa aku menyebut nama Mas Bowo? Soalnya sehari sebelumnya aku sempat curhat dengan Mas Bowo kalau takut motret dan masuk ke depo lok SMC. "Masak sih gitu aja takut, kemarin aku motret di sono nggak masalah," kata Mas Bowo. Akhirnya keesokan harinya aku nekat menuju depo. Dan ternyata dengan menyebut nama Mas Bowo, pria dari depo tadi malah menaruh percaya dan memberi kebebasan padaku untuk memotret. Setahun kemudian ketika hubungan IRPS Semarang dengan Depo Lok SMC sudah semakin kental berkat kegiatan preservasi lok BB20029, ternyata pria berambut tipis yang pernah aku minta izin tak lain dan tak bukan adalah Pak Prio. Sedangkan beliau mengizinkan aku motret saat aku menyebut nama Mas Bowo, karena dikira aku temannya Pak Bowo (Ka Ur Los Luar Depo Lok SMC, kini jabatannya apa aku kurang tahu). Padahal yang aku maksud Mas Bowo adalah Mighty Bowo - railfan asal Jakarta yang juga anggota IRPS, bukan Pak Bowo orang depo. He he he he...salah paham yang membawa keberuntungan...bukan kemarahan. Sejak itulah aku semakin akrab dengan Pak Prio. Ok, selamat bertugas Pak Prio di Depo Lok Jatinegara. Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41. Nugroho Wahyu Utomo
Rabu, 09 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar