Rabu, 30 Juli 2008
Nguber KA di Kota Warteg
Kota Tegal...konon disebut sebagai kota warteg. Nah, ketika rekan-rekan IRPS Bandung yang terdiri dari Aryo Wibisono, M Rizky, Bagus W, Asep, serta Pura Krisnamurti mengajakku menyusuri jalur-jalur KA peninggalan SCS (Semarang Cirebon Stoomtrammascapaj), tentu membuatku menjadi senang. Perjalanan pertama dengan start dari Stasiun Semarang Poncol (dulu Stasiun Semarang West) yang merupakan stasiun ujung pada zaman SCS di tahun 1914, adalah menumpang KRD Kaligung Bisnis. Sebetulnya usai makan nasi bungkus yang mak nyoss di dekat depo lok Semarang Poncol, kami mau naik KRD New Kaligung Ekonomi yang baru diresmikan Gub Jateng H Mardiyanto (kini mendagri). Tetapi rencana itu molor ketika KA 1001 dan 1003 benar-benar menggoda kami untuk hunting sejenak sekaligus napak tilas jalur segitiga pembalik yang merupakan fungsi pemutar posisi lok dari long hood menjadi short hood. Selama dalam perjalanan naik KRD Kaligung Bisnis yang kursinya lebih empuk, mirip kursi di dalam pesawat, aku duduk di samping Bagus W dan dalam perjalanan yang di ocehin adalah soal Stasiun Pindrikan sebagai stasiun pertama di Semarang milik SCS. Sayang, rangkaian KRD tidak melintasi bekas Stasiun Pindrikan (Frederick Land) yang kini berubah menjadi kantor agen travel, tetapi kami bisa menyaksikan bekas deponya.
Sesampainya di daerah Gringsing - Batang tepatnya melewati Stasiun Plabuan yang berdekatan dengan bibir pantai laut Jawa, para anggota IRPS Bandung ini asyik memotret dari dalam KRD. Sementara aku asyik duduk nyantai, karena lagi males hunting. Tiba-tiba aku tertidur dan tak disangka sudah nyampai di Stasiun Pekalongan. Terus ketiduran lagi lalu tak disangka sudah nyampai di Stasiun Tegal. Kami langsung berebut turun dari KRD dan aku melihat dari arah barat ada rangkaian ketel Pertamina yang ditarik lok D301. Wah...rangkaian ketel, di Semarang sudah nggak dilewati rangkaian kayak gini. Rupanya rangkaian ketel itu kosong dan hendak ditarik dari depo ketel Tegal kemudian ditarik lok CC201 menuju Maos lewat Purwokerto. Tak lama kemudian kami sempat berebut hunting KA Argo Muria dari arah Jakarta yang singgah di Stasiun Tegal. Setelah KA Argo Muria meninggalkan Tegal, kami langsung nyari tempat makan dan sholat. Eh...tetapi sebelumnya kami sempat hunting gedung bekas kantor SCS yang berdekatan dengan stasiun. Gedung tersebut kini digunakan untuk Universitas Pancasila Tegal. Kata Mas Saleh Purwanto...katanya ada penampakan, mirip Lawang Sewu, bener nggak sih...?
Tibalah waktunya makan siang, aku memilih menu Ketoprak yang rasanya manis-manis pedas...mak nyoss. Memang Tegal kotanya warteg. Setelah sholat Dhuhur, kami melanjutkan perjalanan terakhir di kota udang Cirebon, buat nengok lok CC20015 yang legendaris itu.
Jayalah Kereta Api Indonesia...semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar