Sabtu, 27 September 2008

KRDI Banyubiru Bisa Bertahan Lama?



Menjelang musim mudik tahun 2008, Daop IV PT Kereta Api (Persero) melalui Depo Lok Semarang Poncol, mendapat hadiah satu set KRDI (Kereta Rel Diesel Indonesia) untuk kelas ekonomi. KRDI itu diberi nama Banyubiru dan melayani lintas Semarang-Solo-Sragen. Desainnya menyerupai KRL (Kereta Rel Listrik) BN Holec di Jakarta. KRDI ini diproduksi oleh PT Inka (Industri Kereta Api) Madiun. Rencananya KRDI ini akan terdiri dari dua kelas yaitu ekonomi dan bisnis. Namun yang didatangkan pertama ke depo tanggal 17 September 2008 baru kelas ekonomi, sedangkan kelas bisnis menyusul. Tanggal 19 September 2008 KRDI Banyubiru diresmikan penggunaannya oleh Menteri Keungan Sri Mulyani di Stasiun Semarang Tawang.
Sebenarnya KRDI Banyubiru menurutku bukan KRDI yang pantas untuk melintasi jalur Semarang-Solo. Pasalnya jalur itu banyak belokan-belokan. Terbukti dengan banyaknya sinyal pendahulu pada beberapa stasiun seperti di Stasiun Kedungjati, Padas, dll. Selain itu KRDI yang seharusnya mampu dipacu dengan kecepatan 120 km/jam, saat melalui Semarang-Solo hanya diizinkan maks 60 km/jam. Kalau dipaksakan cepat, maka KRDI ini bisa "Njengkelit"(anjlok) di tengah jalan.
Satu hal yang sangat disayangkan dari KRDI Banyubiru ini adalah tidak adanya fasilitas WC umum. Kemudian jadwal keberangkatannya justru terlalu pagi dari Stasiun Semarang Poncol, yaitu pukul 05.00 WIB. Sehingga wajar bila jumlah penumpangnya minim. Itu pun tidak didukung dengan promosi dari pihak Daop IV PT KA. Aku meramalkan usia KRDI ini nggak bakalan lama. Bisa jadi nasibnya nyaris menyerupai KRD Pandanwangi dan KRD Semarang-Cepu yang selalu dimanja lantaran harus ditarik lok CC201/CC203/BB200. Kenapa nggak bertahan lama? Jawabannya terletak pada mesin dan jalur yang dilalui. Karena jalur yang dilalui berkelok-kelok, akan mempengaruhi gardan penggerak utama (sumber Depo Lok Semarang Poncol). Penyebab lainnya adalah patahnya poros pelumas pompa untuk motor diesel (sumber Depo Lok Semarang Poncol).Nah, semoga nasib KRDI Banyubiru bisa lebih diperhatikan dan usianya relatif panjang daripada KRD lainnya.
Jayalah KA Indonesia...Semboyan 40/41

Nugroho Wahyu Utomo

Kisah Di Balik Museum KA Ambarawa




Hampir setiap minggu aku selalu menyempatkan diri pergi ke Museum KA Ambarawa. Kedatanganku ke sono bukan untuk hura-hura, melainkan untuk melakukan penelitian. Kegiatan itu berkaitan dengan IRPS (Indonesian Railway Preservation Society) Semarang dengan Daop IV PT KA yang menggelar kegiatan restorasi museum. Tujuannya adalah agar pengunjung museum bukan sekedar puas menikmati perjalanan KA Wisata Ambarawa-Bedono yang ditarik lok uap B2502/B2503, naik lori wisata Ambarawa-Tuntang, atau menyaksikan koleksi lok uap. Namun mereka juga mendapatkan nilai edukasi dengan memasuki hall pamer peralatan (prasarana KA) zaman dulu seperti genta, sinyal, wesel, lampu hansin, telepon, telegraf, dll. Selain itu ada pula foto-foto lok uap jadul yang dipasang di hall pamer. Nah, selama di Museum KA Ambarawa, aku juga mendapatkan kisah-kisah menarik dari kru museum mulai dari soal museum, lok uap, lori, sampai soal hantu yang kerap gentayangan di museum. Hantu? Yup, museum KA Ambarawa adalah bekas stasiun KA dan benteng pertahanan Belanda bernama Willem 1 (baca Willem Ein). Bangunan ini didirikan oleh NIS (Nederland's Indishe Stoomtrammascapaj) pada tahun 1873. Kemudian pada tahun 1907 mengalami perubahan bentuk bangunan hingga seperti saat ini. Melihat bentuk bangunannya mirip dengan Stasiun Kedungjati di lintas Semarang-Solo. Maklum di Stasiun Kedungjati ada lijn cabang ke Ambarawa melalui Beringin dan Tuntang yang kini non aktif. Karena Museum KA Ambarawa (Stasiun Willem 1) dibangun penduduk pribumi dengan sistem kerja paksa dan memakan korban cukup banyak, maka wajar bila di museum itu ada hantunya. Ada seorang kru berkisah padaku bahwa suatu malam saat jaga dia didatangi hantu tanpa kepala dan lengan serta di kedua tangannya menggenggam uang kertas dalam jumlah banyak. Semula kru itu mengira dirinya tengah bermimpi. Namun setelah menepuk pipi kiri-kanannya, ternyata bukan mimpi. Beruntung kru itu nggak takut hantu, malah dicuekin. Katanya kalau duit itu diterima, maka setelah hantu tadi raib, maka duit itu akan berubah menjadi daun. Mirip dalam film/ sinetron horor. Aku juga masih ingat cerita Pak Sudono (KS Ambarawa sebelumnya) bahwa di ruang kerjanya ada hantu cowok Belanda berambut putih panjang sampai tangan dan kalau tertawa...ho ho ho ho. Namun hantu itu nggak mengganggu. Selain hantu, ada juga kisah seorang mahasiswa lugu yang tengah praktek kerja di museum. Ceritanya mahasiswa itu tengah kasmaran dengan seorang cewek yang tinggal di kos milik ortunya. Nah, dia minta diajari kru museum bagaimana menggaet cewek yang jitu. Itulah sepenggal kisah menarik yang bisa aku peroleh saat berkunjung ke Museum KA Ambarawa.
Jayalah KA Indonesia...Semboyan 40/41

Nugroho Wahyu Utomo