Bertugas menjadi seorang kontributor Majalah KA di Semarang memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Bagaimana tidak? Setiap hari setelah liputan di tempat lain rampung, atau kalau memang saatnya meliput untuk urusan KA, maka mau tak mau harus berjalan di atas hamparan batu kricak yang merupakan balas bagi landasan rel kereta api. Apa boleh buat ketika tengah berjalan di atas balas, landasan sepatu yang lemah menyebabkan cepat berlubang tertusuk oleh tajamnya batu kricak di hamparan balas itu sendiri. Akibatnya setiap kali habis pulang dari kegiatan liputan kereta api, sepatu akan cepat memar di bagian landasannya, dan dalam waktu hitungan lima - enam bulan, landasan sepatu itu akan cepat bolong. Nah, kalau udah gitu urusan ganti armada sepatu pun dimulai, keluar duit buat beli sepatu baru, jebol lagi lima-enam bulan terus beli lagi ...dst. Seorang teman wartawan menyarankan padaku agar membeli sepatu boat karena terlihat lebih awet. Weehh...masak liputan acara di tempat lain harus make sepatu gede macam itu, apa nggak lucu? Apa mesti menenteng sepatu dua pasang, entar kalau udah sampai tempat kereta api ganti sepatu yang lebih gede? Repot bung!! Akhirnya mau tak mau sepatu yang cepat blong itu nggak aku pedulikan, yang penting kalau udah nggak layak ganti aja. Lebih penting lagi aku bisa dapat gambar dan berita KA untuk dikirim ke redaksi Majalah KA via email. Pokoknya ...enjoy aja. Nggak usah jadi wartawan Majalah KA pun kalau suka motret KA juga nantinya sepatu cepat jebol,...betul????
Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41.
Nugroho Wahyu Utomo
Senin, 04 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar