Pernahkah anda naik kereta api lalu di dalamnya ada hantu berkelabat mengganggu perjalanan anda? Kalau pernah, berarti pengalaman anda mirip dengan pengalamanku. Ceritanya aku baru saja pulang dari kegiatan railtracking bersama IRPS Bandung dengan finish di Stasiun Kajaksan Cirebon sabtu 30 Juni 2007. Aku beli tiket KA Gumarang untuk balik ke Semarang, tetapi oleh petugas loket aku tidak mendapatkan tempat duduk. Ok deh, nggak masalah yang penting aku bisa pulang dengan selamat sampai di rumah di Semarang. KA Gumarang yang aku tumpangi baru masuk Stasiun Kajaksan Cirebon pukul 20.30 WIB. Selama perjalanan pulang dengan KA Gumarang yang ditarik lok CC20320, aku bercakap-cakap dengan penumpang lain yang kebetulan nggak dapat tempat duduk dan memilih berdiri di dekat pintu kereta. Pria berusia sekitar 40 tahunan yang aku ajak ngobrol tersebut rupanya juga akan pulang ke Semarang dan tinggal di kampung halamannya komedian Thukul Arwana di Purwosari Perbalan tak jauh dari Stasiun Semarang Poncol. Ketika KA Gumarang masuk ke Stasiun Sragi (sebelum Pekalongan) pukul 00.15 WIB untuk bersilangan dengan KA lain dari arah berlawanan, tiba-tiba bapak yang berada di samping berteriak ada anak kecil duduk di gandengan kereta. Aku langsung melongok ke arah gandengan dan benar ada anak kecil hanya bercelana pendek, telanjang dada, kepala gundul, badan kurus tengah duduk di gandengan kereta. Anehnya anak kecil itu tidak memperlihatkan wajahnya dan kedua tangannya hanya dalam posisi seperti para tawanan perang Romusha atau kerja rodi di zaman Belanda. Aku meminta turun penumpang gelap itu dan anak kecil itu mau turun dengan pelan-pelan. Lalu anak kecil itu berjalan ke arah rel yang akan dilalui KA dari arah berlawanan. Sementara itu polisi yang berjaga di dalam kereta langsung memerintahkan para petugas untuk menutup pintu kereta bila anak kecil itu masuk. Tetapi anak kecil itu terus berjalan ke arah barat dengan menyusuri rel yang akan dilalui KA dari belakangnya. Tak lama kemudian dari kejauhan nampak sorot lampu lok CC201 yang menarik rangkaian KA melaju dengan kencang sambil membunyikan semboyan 35 nya. Aku berteriak pada anak kecil itu agar menyingkir, tetapi tidak digubris. Dan ketika KA mulai mendekat dalam jarak sekitar 1 meter dari anak kecil itu, tiba-tiba anak kecil itu menghilang ke semak-semak yang gelap di samping rel. Semula aku menduga ia anak yang tengah stress karena nggak lulus ujian. Tetapi pikiranku yang lain termasuk pikiran bapak di sampingku menyebutkan kalau itu adalah hantu. Bisa jadi ia hantu korban penyiksaan zaman kerja Rodi atau Romusha lalu gentayangan selama bertahun-tahun. Nah, kalau tiba-tiba aku menolong anak kecil tadi yang nyaris tertabrak KA, lalu anak kecil itu menghilang, tentu aku hanya dijadikan sebagai tumbal biar aku mati tertabrak KA. Itulah kerjaan hantu yang suka jahil dan mengerjai manusia. Memang kalau aku melihat kawasan Sragi baik stasiun maupun pabrik gulanya, merupakan bangunan kuno yang angker peninggalan zaman kolonial. Jadi wajar bila di daerah tersebut ada hantu gentayangan. Aku tiba di Semarang pukul 02.00 dini hari.Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41 Nugroho Wahyu Utomo
Rabu, 06 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar