Selasa, 05 Agustus 2008

Melacak Bekas Jalur KA Semarang-Rembang





Seperti apa sih jalur kereta api Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang? Pertanyaan itu terus berkelabat dalam pikiranku pada saat usia 10 - 11 tahun ketika pertama kali aku naik KRD jurusan Plabuhan - Batang tahun 1983. Dua tahun kemudian, aku mulai menemukan jawabannya saat mengikuti tour bersama pasukan SD Pangudiluhur Yogyakarta ke kota Rembang. Dalam setiap perjalanan, nampak di tepi jalan raya ada rel kereta api yang saat itu entah masih terpakai atau sudah tidak aktif. Kalau dilihat dari bentuknya masih utuh sedikit dihiasi rerumputan di sekelilingnya. Namun jawaban itu baru aku peroleh ketika aku sudah duduk di bangku kelas I SMP tahun 1985, aku menyaksikan lok D301 tengah langsir atau stabling di depan Pabrik Jamu Nyonya Meneer Semarang tepatnya tepi Jalan Kaligawe Semarang. Kalau membayangkan peristiwa saat itu sama dengan menyaksikan pemandangan KA melintas di tengah kota seperti di Gladag - Solo (lintas Solo-Wonogiri). Kemudian pada tahun 1986 aku sempat menyaksikan rangkaian KA Feder Semarang-Demak yang ditarik lok D301 dengan rangkaian kereta penumpang dari kayu (mirip di Ambarawa) bersiap-siap berangkat di spoor 5 Stasiun Semarang Tawang. Corong di Stasiun Semarang Tawang langsung memberi info...KA jurusan Demak segera diberangkatkan. Aku baru teringat pada tahun 1979 pernah diajak bapakku melihat-lihat KA di kawasan Kemijen dan Semarang Gudang, nah saat mobil yang aku tumpangi akan menyeberang di jalur Halte Kemijen dengan Stasiun Semarang Tawang, nampak KA yang ditarik lok D301 tengah berhenti menanti sinyal masuk dibuka. KA itu sarat penumpang terutama para ibu-ibu yang akan berjualan di pasar. Ya...itulah KA jurusan Semarang-Demak-Kudus-Rembang saat masih aktif. Pemandangan lain ketika KA di jalur peninggalan Semarang Joana Stoomtrammascapaj masih aktif masih tahun 1979, aku juga menyaksikan rangkaian ketel (4 ketel bertuliskan Tatas (baca:Tetes)) melintas di tarik lok BB200 di Semarang Gudang, kemudian ditarik menuju jalur Semarang-Rembang di Halte Kemijen oleh lok D301, karena untuk ke jalur Semarang-Rembang tidak bisa dilalui lok besar macam BB200 atau CC201, jadi harus lok kecil macam D301/D300. Tahun 1996, 2000, 2002, 2003, 2004, 2005, hingga 2008, aku menyaksikan jalur KA Semarang-Rembang sudah ditutup. Dalam pandangan mataku nampak relnya semakin lama semakin menghilang ditelan pelebaran jalan raya atau bangunan rumah penduduk. Tahun 1996-2002, aku masih sempat menyaksikan Jembatan berkerangka baja yang melintang di atas Sungai Banjirkanal Timur Semarang dan Sungai Serang Kudus. Namun tahun 2003 kedua jembatan tersebut harus dieksekusi oleh para jagal besi tua. Aku sempat melihat bagaimana "mbrebes mili" nya badan jembatan ketika dirucat (dihancurkan) oleh para tukang besi dengan mendapat pengawasan dari pihak PT KA (Persero). Beberapa tubuhnya nampak diamputasi menjadi beberapa bagian. Aku tahu jembatan itu "mbrebes mili" dan seolah mengatakan sesuatu padaku...can you help me? Aku tak bisa berbuat banyak saat itu selain menuliskan komentar melalui surat pembaca di Suara Merdeka edisi November 2003. Menyusuri jalur KA Semarang-Demak-Kudus-Rembang pernah aku lakukan bersama Mas Deddy Herlambang (Koord Wil IRPS Semarang) pada tahun 2006, namun hanya sebatas sampai di Demak. Bangunan Stasiun Demak di bagian spoornya, sudah berubah menjadi hamparan pasir karena pengaruh garam yang merusak struktur bangunan emplasemen stasiun(bangunan ini difungsikan sebagai gudang penyimpan garam). Selain itu aku sempat menyaksikan Jembatan Kalijajar yang masih melintang kokoh dan luput dari pembantaian para jagal besi tua. Kini jembatan itu digunakan sebagai jembatan jalan raya oleh penduduk setempat. Aku dan Mas Deddy juga mendapat penjelasan kalau di Buyaran dan Sayung -Demak ada stasiun dan halte. Tetapi yang dapat ditemui hanya Stasiun Buyaran dengan bekas sinyal yang masih menjulang tinggi. Kemudian perjalanan menyusuri Semarang-Demak berakhir di Halte Genuk yang kini berubah menjadi bengkel motor. Sebelum berpetualang di jalur Semarang-Demak, aku dan Mas Deddy juga sempat mencari-cari bekas jalur ke arah Jepara, tetapi hasilnya nihil. Tahun 2008, aku mendapat sms dari seorang railfan di Rembang yang menyebutkan lok D30130 pernah melintasi jalur KA Semarang-Rembang. Kebetulan aku punya fotonya ketika masih berjaya di tahun 1970-an. Seandainya jalur KA Semarang-Rembang masih aktif sampai kini, tentu angka kemacetan lalu lintas akan dapat diatasi dan yang penting aku bisa melihat KA melintas di depan kantor Redaksi Suara Merdeka di tepi Jalan Kaligawe.Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41 Nugroho Wahyu Utomo

23 komentar:

cutting sticker 69 mengatakan...

wah rupanya sampean dah pernah hunting duluan yah.....Semarang-Rembang, jalur ini mengingatkan saya di waktu kecil yang pernah menaiki KA melintasi Demak-Pati sekitar tahun 1980.

Nugroho Wahyu Utomo mengatakan...

Maaf, saya malah belum sempat mengabadikan KA yang melintas di jalur Semarang - Rembang via Demak-Pati. Soalnya waktu itu masih kecil, dan belum kepikiran mau motret sepur. Seandainya pada masa itu saya sudah menjadi Rob Dickinson (railfan Inggris yang mengabadikan KA Indonesia era 1970-an dan 1980-an) tentu koleksi foto KA Semarang - Rembang saat itu cukup banyak.
NWU

drift mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
drift mengatakan...

Kira2 kapan ya jalur2 KA di Jawa Tengah yg mati seperti jalur Semarang-Demak-Kudus-Rembang-Jatirogo atau yg dikenal dgn jalur SJS, magelang-jogja-magelang-wonosobo-banjarnegara, kedungjati-tuntang, bedono-secang-magelang dihidupkan lagi?
Pdhl jalur2 itu memiliki potensi jika dihidupkan lagi apalagi panorama dengan yang eksotis serta mengandung nilai sejarah. Terutama jalur rel SJS, mengingat jalan raya Semarang-Demak-Kudus-Rembang sudah padat kadang ketika musim hujan rusak parah dan Kedungjati-tuntang yg menghubungkan Museum KA ambarawa supaya memudahkan akses wisatawan mancanegara dan domestik dengan kereta api.
Semoga saja wacana pemerintah dan PT KAI yg mw menghidupkan jalur mati segera menjadi kenyataan secepatnya agar anak cucu bangsa kita dapat menikmati.

Nugroho Wahyu Utomo mengatakan...

Jalur yang sudah mati sebenarnya ada potensi untuk dihidupkan. Cuma persoalannya adalah:
1. Saat ini 80% jalur mati yang ada di wilayah Jateng baik itu di wilayah Daop 4, 5, 6 sudah banyak yang hilang besi relnya, termasuk sinyal, wesel. Kecuali bangunan stasiun. Jadi karena nyawanya ada pada besi rel sudah banyak yang hilang dijarah, ditimbun lalu dibangun bangunan rumah-gedung-jalan tentu akan menyulitkan upaya menghidupkan lagi jalur yang sudah mati,dan biayanya juga tidak sedikit.
2. Kalau pemerintah terus melegalkan adanya usaha kridit mobil/ motor dan tidak mengeluarkan perda tentang larangan menggunakan kendaraan pribadi pada jam tertentu, maka imbasnya adalah pelebaran jalan dan pembangunan jalan tol besar-besaran. Tentu saja akan menyulitkan operasional KA di lintas mati yang dihidupkan termasuk menghidupkan jalur mati.
Sebenarnya jalur mati berguna sekali sebagai jalur alternatif bila salah satu jalur KA utama mengalami gangguan akibat kecelakaan atau bencana alam. Namun repotnya lagi ukuran relnya sudah tidak sesuai dengan berat lokomotif atau KA yang melintas. Misalnya besi rel 25 sudah tidak layak dilalui lok berat tipe CC201 atau CC203.

drift mengatakan...

Benar juga. Tapi kalau tidak segera dihidupkan tentu akan muncul masalh baru lagi.


untuk masalh dana, jalur rel serta sarana dan prasarana jika ada kerja sama antara PT KAI Pemerintah pusat maupun daerah bahkan mungkin investor masalh tersebut mungkin tidak begitu sulit.

mestinya kini pemerintah juga harus bertindak segera untuk mengatasi masalh transportasi, dengan cara mengembangkan transportasi masal(kereta api) yang ramah lingkungan. dengan peningkatan mutu baik sarana prasarana KA(Sinyal, pembukaan rute lama, Pembenahan Lokomotif dan gerbong)

kalo jalur ini dihidupkan mungkin akan mengalami pergeseran rute, mengingat rute lama kini berdekatan dengan jalan raya dan mungkin pembangunan rel model layang seperti di kota Jakarta.

drift mengatakan...

tapi sekarang lumayanlah ada jalur KA non aktif seperti Tj Priok-Jakarta kota dan Bogor Sukabumi kini telah aktif kembali melayani pemberangkatan Kereta Api ke segala jurusan di pulau Jawa.

drift mengatakan...

Mas kalo rel yang menuju ke stasiun semarang gudang itu yang mana?
apa yang di persimpangan rel KA jalan Hasanudin dekat stasiun Poncol yang relnya agak mbelok ke jalan Hasanudin itu?
Kondisi terakhir Stasiun Semarang Gudang sekarang bagaimana? masih dilewati KA barang atau tidak?
terakhir sekitar tahun 2006 akhir atau 2007 awal di sekitar Tj Emas saya masih melihat KA pusri melintas di rel tepatnya di pertigaan dkat parkiran truk.

drift mengatakan...

sebabnya waktu saya ke Jalan Hasanudin rel kereta yang agak mbelok ke Jalan Hasanudin masuk ke arah gang yang agak luas itu seperti ada jejak kereta api baru melintas apa cuma perkiraan saya ya Mas?

apa rel KA yang agak mbelok itu masih dilewati KA?

Nugroho Wahyu Utomo mengatakan...

Maaf baru menjawab, soal dana menghidupkan kembali jalur lama itu tergantung investor yang membantu. Namun kenyataannya sampai saat ini belum ada investor yang tertarik. Saya sangat setuju sekali bila jalur-jalur KA yang mati dihidupkan kembali. Kalau perlu pada jam kerja, masyarakat pengguna mobil/motor dilarang memakai mobil / motor dulu, karena akan menimbulkan kemacetan lalu lintas. Persoalannya sekarang, masyarakat kita malu bila tidak punya kendaraan pribadi macam mobil atau motor, kemudian kridit mobil/ motor meraja lela menimbulkan daya beli masyarakat makin tinggi, akibatnya angkutan masal tidak laku lagi termasuk KA. Kalau jalur itu dihidupkan lagi, tentu butuh biaya tinggi, misalnya pembebasan tanah di dekat rel yang akan dihidupkan. Namun dari survey, mayoritas masyarakat setuju bila jalur Semarang-Rembang hidup lagi.
Jalur KA ke Semarang Gudang itu bukan itu bukqan dari Semarang Poncol, tetapi dari Stasiun Semarang Tawang. Kini jalur itu sudah mati sejak tahun 2006, karena rel tersebut terakhir dipakai lewat KA barang GGW Pusri bulan Agustus 2006. Setelah itu aktifitas rel ke Semarang Gudang sudah tidak tampak lagi. Sebelumnya jalur KA dari Tanjung Emas ke Semarang Gudang tahun 2003 bulan Oktober resmi ditutup setelah bulan September dilalui KA Peti kemas. Kondisi Stasiun Semarang Gudang saat ini menyedihkan. Rel-rel dan roda gerbong GGW hilang dijarah orang tidak bertanggung jawab. Pihak Daop IV PT KA telah mengerahkan Brimob, namun hasilnya makin berani saja pencuri itu.
Kalau jalur rel yang dari Semarang Poncol masuk kampung belok itu segitiga pembalik namanya. Setiap kali KA Argo Muria/ KA Argo Sindoro/ KA Kamandanu masuk Semarang Tawang, jalur itu sibuk dilalui lok yang akan berputar arah. Fungsinya sama dengan turntable. Teman-teman IRPS Semarang kerap bergelantungan di lok sekedar ingin ikut lok yang berputar arah di segitiga pembalik. Jelas?

drift mengatakan...

oke mas.
Maturnuwun sanget atas penjelasannya

waduh2 prihatin juga ya padahal stasiun itu juga termasuk dalam bangunan cagar budaya,
kabar yang saya dengar bgitu kini memprihatinkan stasiunnya kini tergenang rob dan juga relnya, relnya jg tidak sebnyk dulu karena ada yang dicuri.

Unknown mengatakan...

wah... kalo stasiun rembang tepat di depan rumah nenek saya tuh..
skrng jadi terminal angkudes tuh

Prince mengatakan...

Bagaimana rencana pengaktifan kembali jalur mati Semarang-Rembang-Bojonegoro? Apakah memungkinkan jalur ini akan pulih seperti sedia kala ataukah harus dibangun jalur baru, karena dari beberapa reportase (mblusukan) sejumlah titik di jalur ini sudah dibangun rumah warga, bangunan usaha atau tempat ibadah?

sunuforsepur mengatakan...

Saya beberapa kali melihat rangkaian kereta api semarang-rembang karena keluarga besar saya di Rembang, Dulu saya masih ingat betul sewaktu masih kecil rangkaian itu terdiri dari 1 atau 2 kereta penumpang dan beberapa kereta barang 1 gandar warna silver ditarik D301.kami berpapasan kadang di Kaliori, Bareng, Jekulo. dulu alun2 kota Pati tengahnya untuk jalur KA, sekarang sudah ditimbun. mau dihidupkan lagi? andai bisa pasti baik banget, tapi pasti berhadapan sengan orang2 penyerobot lahan KA. terakhir setelah tidak beroperasi di jalur rembang semarang, rangkaian itu melayani jalur Rembang - Bojonegoro, setelah itu mati.th 80-an

Nugroho Wahyu Utomo mengatakan...

@drift : ya saya juga prihatin
@Budiman : benar jadi terminal, tetapi bangunannya masih utuh dan terlihat dari jalan raya walau jauh banget.
@Prince : agak susah dihidupkan
@Sunuforsepur: jalur Rembang - Bojonegoro ditutup Maret 1990, ada berita nya di Harian Suara Merdeka pada tahun itu. Kemudian disusul jalur Jatirogo - Bojonegoro yang ditutup pas Soeharto lengser tahun 1998

Aska Mallfine's Blog mengatakan...

Stasiun buyaran dulu memang adalah sebuah stasiun, namun ditahun 85 an, stasiun tersebut menjadi sebuah gudang. entah dulu digunakan sebagai gudang apa, namun sekarang menjadi gudang kapuk(kapas). Saya (masyarakat asli Buyaran) pun bahkan tidak tahu kalau bangunan itu dulunya adalah sebuah stasiun. sayapun tanya sama orangtua, kakek, bahkan orang orang sekitar, semuanya tidak tahu jika dulu bangunan tersebut adalah sebuah stasiun. Tapi dari sisa-sisa peninggalan yang ada, saya yakin kalau bangunan tersebut memang adalah sebuah stasiun. bisa dilihat dari depan jalan raya, masih ada tiang yang biasanya ada disebuah stasiun. terlihat juga ada bangunan kecil seperti pos satpam yang dulunya mungkin digunakan sebagai tempat loket kereta api.

sepur lawas mengatakan...

saya rasa jalur kereta api semarang-demak-pati-rembang perlu di hidupkan kembali,sayangnya kita semua tidak tau kapan jalur yang udah mati di hidupkan kembali...
jayalah kereta api,semoga anak cucu bangsa indonesia bisa menikmati peninggalan orang terdahulu kita....

sepur lawas mengatakan...

menurut saya jalur kereta api semarang-demak-rembang harus di hidupkan kembali,disamping sebagai peninggalan sejarah,jalur kereta api itu menimbulkan dampak positif bagi masayarakat khusunya demak,mengurangi tingkat kemacetan,menumbuhkan perekonomian kota demak,dan anak cucu kita bisa menikmati peniggalan sejarah jaman dulu....

jayalah kereta api indonesia...

Heriyanto.JSO/JRO mengatakan...

Bagus mas Artikelnya,kalau baca2 tentang artikel masa lampau jadi kangen pengin balik kemasa lampau,saat2 jalur non-aktif masih berjaya :'D dan kereta masih merakyat

afif mengatakan...

wah mas mas semuanya ,,, q boleh minta bantuan sampean sampen gak,,, q pengen menulis buku temanya sejarah tentang perkreta apian di jawa tengah...... afif luthfi.... kalau bisa saya minta CP mas mas semuanya,,,,,, Cp saya 089667639435

Anonim mengatakan...

Artikel yang menarik. Saat saya masih SD ( sekitar 1985 ) juga sempat menyaksikan rangkaian gerbong tua yang mirip KA Wisata Ambarawa - Bedono ditarik oleh Lokomotif Krupp D301/303 dalam perjalanan di antara Semarang & Demak - melaju di tepi jalan raya.

Thariq mengatakan...

Maaf kebetulan saya sedang melakukan penelitian tentang jalur kereta api semarang-demak-kudus-rembang
Apakah mas punya fotonya pada taun 1945-1985 ? ataupun informasi yang dapat membantu penelitian saya ?
Sebelumnya trimakasih banyak
Email saya : mochthariq24@gmail.com

likul mengatakan...

saya sangat berharap jalur KA semarang rembang di hidupkan kembali, di samping untuk mengurangi kemacetan, transportasi ini juga aman dan ramah lingkungan.

by: likul wong pati