




Seperti apa sih jalur kereta api Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang? Pertanyaan itu terus berkelabat dalam pikiranku pada saat usia 10 - 11 tahun ketika pertama kali aku naik KRD jurusan Plabuhan - Batang tahun 1983. Dua tahun kemudian, aku mulai menemukan jawabannya saat mengikuti tour bersama pasukan SD Pangudiluhur Yogyakarta ke kota Rembang. Dalam setiap perjalanan, nampak di tepi jalan raya ada rel kereta api yang saat itu entah masih terpakai atau sudah tidak aktif. Kalau dilihat dari bentuknya masih utuh sedikit dihiasi rerumputan di sekelilingnya. Namun jawaban itu baru aku peroleh ketika aku sudah duduk di bangku kelas I SMP tahun 1985, aku menyaksikan lok D301 tengah langsir atau stabling di depan Pabrik Jamu Nyonya Meneer Semarang tepatnya tepi Jalan Kaligawe Semarang. Kalau membayangkan peristiwa saat itu sama dengan menyaksikan pemandangan KA melintas di tengah kota seperti di Gladag - Solo (lintas Solo-Wonogiri). Kemudian pada tahun 1986 aku sempat menyaksikan rangkaian KA Feder Semarang-Demak yang ditarik lok D301 dengan rangkaian kereta penumpang dari kayu (mirip di Ambarawa) bersiap-siap berangkat di spoor 5 Stasiun Semarang Tawang. Corong di Stasiun Semarang Tawang langsung memberi info...KA jurusan Demak segera diberangkatkan. Aku baru teringat pada tahun 1979 pernah diajak bapakku melihat-lihat KA di kawasan Kemijen dan Semarang Gudang, nah saat mobil yang aku tumpangi akan menyeberang di jalur Halte Kemijen dengan Stasiun Semarang Tawang, nampak KA yang ditarik lok D301 tengah berhenti menanti sinyal masuk dibuka. KA itu sarat penumpang terutama para ibu-ibu yang akan berjualan di pasar. Ya...itulah KA jurusan Semarang-Demak-Kudus-Rembang saat masih aktif. Pemandangan lain ketika KA di jalur peninggalan Semarang Joana Stoomtrammascapaj masih aktif masih tahun 1979, aku juga menyaksikan rangkaian ketel (4 ketel bertuliskan Tatas (baca:Tetes)) melintas di tarik lok BB200 di Semarang Gudang, kemudian ditarik menuju jalur Semarang-Rembang di Halte Kemijen oleh lok D301, karena untuk ke jalur Semarang-Rembang tidak bisa dilalui lok besar macam BB200 atau CC201, jadi harus lok kecil macam D301/D300. Tahun 1996, 2000, 2002, 2003, 2004, 2005, hingga 2008, aku menyaksikan jalur KA Semarang-Rembang sudah ditutup. Dalam pandangan mataku nampak relnya semakin lama semakin menghilang ditelan pelebaran jalan raya atau bangunan rumah penduduk. Tahun 1996-2002, aku masih sempat menyaksikan Jembatan berkerangka baja yang melintang di atas Sungai Banjirkanal Timur Semarang dan Sungai Serang Kudus. Namun tahun 2003 kedua jembatan tersebut harus dieksekusi oleh para jagal besi tua. Aku sempat melihat bagaimana "mbrebes mili" nya badan jembatan ketika dirucat (dihancurkan) oleh para tukang besi dengan mendapat pengawasan dari pihak PT KA (Persero). Beberapa tubuhnya nampak diamputasi menjadi beberapa bagian. Aku tahu jembatan itu "mbrebes mili" dan seolah mengatakan sesuatu padaku...can you help me? Aku tak bisa berbuat banyak saat itu selain menuliskan komentar melalui surat pembaca di Suara Merdeka edisi November 2003. Menyusuri jalur KA Semarang-Demak-Kudus-Rembang pernah aku lakukan bersama Mas Deddy Herlambang (Koord Wil IRPS Semarang) pada tahun 2006, namun hanya sebatas sampai di Demak. Bangunan Stasiun Demak di bagian spoornya, sudah berubah menjadi hamparan pasir karena pengaruh garam yang merusak struktur bangunan emplasemen stasiun(bangunan ini difungsikan sebagai gudang penyimpan garam). Selain itu aku sempat menyaksikan Jembatan Kalijajar yang masih melintang kokoh dan luput dari pembantaian para jagal besi tua. Kini jembatan itu digunakan sebagai jembatan jalan raya oleh penduduk setempat. Aku dan Mas Deddy juga mendapat penjelasan kalau di Buyaran dan Sayung -Demak ada stasiun dan halte. Tetapi yang dapat ditemui hanya Stasiun Buyaran dengan bekas sinyal yang masih menjulang tinggi. Kemudian perjalanan menyusuri Semarang-Demak berakhir di Halte Genuk yang kini berubah menjadi bengkel motor. Sebelum berpetualang di jalur Semarang-Demak, aku dan Mas Deddy juga sempat mencari-cari bekas jalur ke arah Jepara, tetapi hasilnya nihil. Tahun 2008, aku mendapat sms dari seorang railfan di Rembang yang menyebutkan lok D30130 pernah melintasi jalur KA Semarang-Rembang. Kebetulan aku punya fotonya ketika masih berjaya di tahun 1970-an. Seandainya jalur KA Semarang-Rembang masih aktif sampai kini, tentu angka kemacetan lalu lintas akan dapat diatasi dan yang penting aku bisa melihat KA melintas di depan kantor Redaksi Suara Merdeka di tepi Jalan Kaligawe.Jayalah Kereta Api Indonesia...Semboyan 40/41 Nugroho Wahyu Utomo