Naik kereta api wisata memang berbeda dengan naik kereta api dewasa ini seperti KA Argo Bromo Anggrek, Bima, dll. Perbedaan pertama adalah KA Wisata yang beroperasi di line Ambarawa - Bedono pp ditarik lokomotif uap B2502/B2503 dan keretanya menggunakan kereta kayu, sudah gitu relnya bergerigi. Kalau soal bergerigi mungkin hanya bisa disamai oleh KA wisata yang ada di Sumbar wilayahnya Divre II. Perbedaan kedua inilah yang menjadi perbincangan bahkan celotehan para railfan (pecinta KA) saat naik KA Wisata yaitu nggak ada pedagang asongan / makanan yang lalu lalang menawarkan makanan atau barang-barang kepada penumpang. Mungkin kondisi itu terjadi ketika jalur Ambarawa-Bedono-Magelang-Muntilan-Sleman-Yogya masih aktif. Entah karena apa mungkin karena adanya penertiban aturan main dari pihak museum yang melarang pedagang masuk ke KA berharga sewa Rp 3,5 juta. Nah, karena nggak ada penjual makanan/ minuman/ asongan, wajar bila para railfan kerap berteriak dengan celoteh:....ya nasi...nasi...nasi...nasi bungkus/ yang haus...yang haus...yang haus...ya Aqua...Aqua...Aqua/ ...nasi pecelnya mas...nasi pecel Gambringan mas... Begitulah celotehan yang tentu saja membuat tertawa seisi kereta wisata tak ketinggalan kru KA Wisata. Bahkan ketika KA berhenti di Stasiun Jambu, ada yang berteriak...awas perhatikan jalur dua segera melintas KA Argo Muria...(menirukan petugas PPKA stasiun). Ketika beberapa railfan naik di kabin lok uap, salah seorang temannya berteriak dengan kalimat yang menakut-nakuti...hei turun ...awas ada PS (Pemeriksaan Setempat!! Padahal di KA Wisata selama perjalanan nggak ada PS. Bahkan PS yang marah-marah bila ada penumpang naik di kabin lok uap pun nggak ada. Lagi-lagi semua pada ketawa cekikikan termasuk kru KA Wisata. Coba kalau naik di kabin lok diesel, tentu kalau ketahuan PS, penumpang itu akan di"nyanyiin" lagu nya Matta ...wo o ...kamu ketahuan...naik di kabin...dengan diam-diam (maksudnya dimarahi PS dengan kalimat meminta mereka segera turun). Ya inilah yang membedakan atmosfir KA Wisata dengan KA lainnya. Suasananya jauh lebih akrab, sembari menikmati pemandangan alam berupa hamparan sawah dan bukit serta Gunung Telomoyo yang megah mengagumkan.
Jayalah KA Indonesia...semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo
Minggu, 26 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar