Jumat, 17 Oktober 2008

Selamatkan Lok Uap Ambarawa (1)

PADA bulan Ramadhan yang lalu, penulis dikejutkan oleh berita rencana penarikan kembali lokomotif uap E1060 ke habitatnya di Sumatera Barat. Info tersebut diperoleh penulis dari Kepala Depo Traksi (KDT) Ambarawa Pujiono ketika secara tidak sengaja bertemu di dekat pusat perbelanjaan di kawasan Simpang Lima Semarang. Sebelumnya memang penulis telah mendapatkan informasi terkait penarikan lokomotif yang dijuluki mak itam itu dari salah seorang kru Museum KA Ambarawa. Namun informasi itu tidak digubris lantaran dianggap informasi masa lalu ketika Bapak Sudono (eks Kepala Museum KA Ambarawa) masih bertugas di tempat tersebut. Saat itu Kepala Daop IV PT Kereta Api (Persero) masih dijabat oleh Bapak Rono Pradipto, juga kurang menyetujui rencana penarikan lokomotif bergandar penggerak lima itu.
Tetapi berita yang disampaikan Pak Pujiono bukan berita isapan jempol belaka. Karena Pak Pujiono yang menangani dan bertanggung jawab terhadap perawatan koleksi lokomotif uap di depo seperti Lok B2502, B2503, C1218, dan tentu saja E1060. Otomatis segala sesuatu yang berkaitan dengan lokomotif uap di depo akan berhubungan langsung dengan KDT nya. Sebelum berita E1060 akan diminta kembali Divre II PT Kereta Api (Persero) Sumbar, muncul berita yang menyebutkan lokomotif uap B2501 di Palagan Ambarawa akan ditarik ke Solo untuk kepentingan KA Wisata lintas Solo – Wonogiri. Namun informasi tadi belakangan berubah dengan rencana ditariknya lokomotif C1218 ke Solo untuk kepentingan yang sama. Padahal lokomotif C1218 yang baru saja dipreservasi sejak tahun 2006 lalu lebih pas bila dioperasionalkan untuk lintas Ambarawa – Tuntang kelak bila track tersebut telah diperbaiki. Begitu pula lokomotif E1060 walaupun bergerigi, namun lebih tepat dioperasionalkan untuk lintas yang menyusuri obyek wisata Rawa Pening dan kawasan Banyubiru itu. Sebab menurut Pujiono, meskipun gerigi lok E1060 telah disetarakan dengan letak gerigi rel lintas Ambarawa-Jambu-Bedono, namun medannya dianggap kurang memungkinkan bagi lok itu sendiri. Akibatnya hanya lok B2502 dan B2503 yang mampu menghela rangkaian KA Wisata lintas Ambarawa – Bedono.
Melihat kondisi lok E1060 dan C1218 yang nganggur di depo, penulis pernah mengusulkan (bahkan menulis melalui rubrik Wacana Lokal – Harian Suara Merdeka edisi 2 Agustus 2008, hal L -Peningkatan Jalur KA Ambarawa – Tuntang) agar lokomotif C1218 dan E1060 diaktifkan untuk menarik KA Wisata Ambarawa – Tuntang dan KA barang seandainya jalur itu telah diperbaiki. Karena selama ini jalur tersebut kondisinya belum memungkinkan untuk dilalui KA dan baru sebatas lori wisata. Karena apa gunanya kedua lok tersebut didatangkan jauh-jauh (E1060 dari Padang dan C1218 dari Cepu) serta diperbaiki dengan susah payah oleh kru depo dengan biaya tidak sedikit, akhirnya mangkrak tak berfungsi. Kemungkinan melihat tidur nya kedua lok itu, ada pihak yang ingin memanfaatkan untuk kepentingan KA Wisata. Secara kebetulan lok E1060 adalah awal mulanya milik Divre II Sumbar, jadi akhirnya mereka menagih bekas aset nya yang pernah dikirim tahun 1997 ke Ambarawa. Padahal ketika lok tersebut didatangkan ke Ambarawa, menurut Bapak Sudono dalam kondisi rusak. Kini setelah lok tersebut sehat, akan diminta lagi. Memangnya Depo Lok Ambarawa ini tempat service bagi lok uap bermasalah? (bersambung)
Jayalah KA Indonesia...semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo



Tidak ada komentar: