Rabu, 26 November 2008

Peninggian Rel Perlintasan Jalan Kaligawe

Hari Kamis (13/11) saat mau bertandang ke kantor redaksi Harian Suara Merdeka Jalan Kaligawe Semarang, aku dikejutkan oleh kemacetan lalu lintas dari Jembatan Kali Banjir Kanal Timur hingga pintu perlintasan KA. Semula aku kira habis ada KA melintas waktu itu pukul 13.00 WIB, jadi dugaanku yang melintas adalah KA Argo Bromo Anggrek dari Surabaya Pasar Turi (SBI) ke Jakarta Gambir. Tetapi saat akan mendekat pos perlintasan KA, kok ada orang berkerumun. Apakah ada kecelakaan pengendara motor tertabrak KA? Ternyata setelah melintas, aku melihat orang berkerumun di perlintasan KA adalah para pekerja unit jalan dan jembatan KA yang tengah membongkar dan meninggikan posisi rel menjadi 35 cm dari ketinggian sebelumnya. Wah, bisa buat penelitian PeKAMatra (Peduli KA Masinis Putra) nih, nanti dari Suara Merdeka aku mau kesana. Usai dari kantor Suara Merdeka, aku langsung menyambangi perlintasan yang tengah ditinggikan itu. Semula proyek peninggian rel KA di perlintasan Jalan Kaligawe akan dilakukan akhir September 2008 lalu menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun diurungkan karena dikhawatirkan akan mengakibatkan kemacetan lalin arus mudik dan balik. Ketika aku sampai di pos perlintasan, seorang penjaga pos perlintasan bernama Pak Mul langsung berseru...wah wartawanne teko (wah wartawannya datang). Aku langsung meminta izin kepada pengawas proyek sekaligus ngobrol dengan mereka. Beberapa proses pengerukan balas tengah dilakukan pekerja. Namun aku nggak sempat menyaksikan proses pengangkatan relnya. Pasalnya ketika aku sampai di pos perlintasan, posisi rel yang melintang di jalan raya sudah dibenamkan sebagian kecuali kepala rel dan ditutup sementara dengan karung berisi pasir. "Peninggian hari ini (Kamis, 13/11) sudah mencapai 18 cm, artinya masih kurang 17 cm lagi," kata petugas pengawas. Petugas sendiri belum bisa memastikan kapan rel itu akan ditinggikan lagi, karena tergantung pada padat tidaknya jadwal KA melintas. Umumnya dilakukan siang hari antara pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, karena KA yang melintas saat itu relatif sepi. Mengenai bantalan kayu yang dipakai, bukan bantalan beton pada lintasan yang menyeberang, petugas yang enggan disebut namanya itu menjelaskan karena konstruksi bantalan kayu justru lebih kuat saat dilintasi KA selain faktor lendutan yang cukup bagus. Kuat disini adalah kuat terhadap getaran saat KA melintas apalagi bantalan tersebut ditindih dengan lapisan plat besi atau aspal untuk menahan besi rel saat melintang di jalan raya. Bantalan kayu yang terakhir di pasang bulan Desember 2002 lalu, kini kondisi ketebalannya sudah di bawah dari ukuran standard yaitu dibawah 18 cm. Sedangkan bantalan beton ketebalan ukuran standard adalah 22 cm. Penggantian bantalan ini untuk menunjang besarnya kecepatan KA yang melintas, misalnya KA Argo Bromo Anggrek yang biasanya melintas dengan kecepatan 100 - 120 km/jam. Ausnya bantalan kayu yang terbenam di bawah jalan raya, disebabkan oleh faktor usia bantalan kayu, dan rembesan air rob yang semakin parah mengancam wilayah Semarang bagian bawah. Sayangnya, untuk penambatnya masih menggunakan penambat tipe pandrol. Walaupun penambat tersebut dibenamkan di bawah badan jalan raya beraspal sehingga bebas dari kasus pencurian, namun apakah tidak sebaiknya menggunakan penambat tipe Clip yang jauh lebih aman. Bahkan ruas rel di sekitar perlintasan Jalan Kaligawe seperti di kawasan kampung Karang Kimpul dan Tambak Lorok, masih menggunakan tipe pandrol yang rawan pencurian. Sedangkan kawasan tersebut bagi masyarakat Semarang dikenal sebagai kawasan rawan kriminalitas. Mengenai bantalan kayu bekas yang baru saja dilepas dari rel, apakah nantinya juga akan diangkut ke Museum KA Ambarawa guna peningkatan jalur KA Ambarawa - Tuntang? Petugas tersebut belum berani menjawab dan semua diserahkan ke pihak Daop IV PT KA (Persero). Tak lama kemudian sirine pintu perlintasan berbunyi dan menutup sementara arus lalin Jalan Kaligawe. Ternyata yang akan melintas adalah KA 2 alias KA Argo Bromo Anggrek dari arah Stasiun Semarang Tawang (SMT) menuju Surabaya Pasar Turi (SBI). Seorang petugas membawa bendera hijau sambil melambai-lambaikan tanda semboyan 2c agar KA berjalan dengan kecepatan maks 5 km/jam. Saat akan melintas di rel yang tengah digerus balasnya, semula KA tersebut agak takut melintas, karena khawatir anjlok. Namun dengan kecepatan yang sangat minim, KA melintas di atas rel yang hanya mengandalkan kekuatan bantalan kayu baru sebagai penahan, jadi tanpa balas sama sekali. Lintasan KA berhasil sukses tanpa ada peristiwa anjlokan dan pintu perlintasan kembali dibuka. Tak kurang dari sepuluh menit, pintu perlintasan kembali ditutup. Usut punya usut yang akan melintas KRD Pandanwangi yang ditarik lok BB20021 dari arah Stasiun Alas Tuwa (ATA). "Pandanwangi sempat silangan dengan Argo Anggrek di Alas Tuwa," kata Pak Mul sembari menutup pintu perlintasan. Tampak petugas berlari-lari ke arah KA yang akan melintas sambil melambai-lambaikan bendera merah. Petugas tersebut langsung naik ke bodi lok bagian depan sambil memberi aba-aba ke masinis agar mengurangi kecepatannya karena akan melintas di rel yang belum diberi balas dan hanya mengandalkan bantalan kayu baru. KRD Pandanwangi melintas sukses tanpa celaka dan pintu perlintasan kembali dibuka. Aku langsung pamit pulang meninggalkan kesibukan pekerja di perlintasan KA Jalan Kaligawe.
Jayalah KA Indonesia...Semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo





1 komentar:

Anonim mengatakan...

rencananya dr kaligawe sampai mana bos?