Keesokan harinya (Selasa, 14/10) aku balas dendam dengan memotret beberapa perkembangan dan kekurangan di lintas Depo Lok SMC-Depo Lok DH-Stasiun SMC. Sebelumnya aku menyempatkan diri ke counter railshop membeli Majalah KA edisi Oktober 2008 yang sempat kehabisan dan pesan lewat Pak Margono dari KATV hari Selasa itu pula. Dalam perjalanan dari Stasiun Semarang Tawang (SMT) aku menyusuri rel sampai pos perlintasan Jalan Petek. Ternyata track di dekat pintu perlintasan Stasiun SMT bantalan betonnya banyak yang pecah. Diduga akibat ada benturan antara roda kereta / lok dengan bantalan beton itu sendiri. Aku langsung mengambil gambarnya. Menurut petugas pos perlintasan Jalan Petek, memang jarang terjadi ada anjlokan KA di dekat Stasiun SMT. Petugas itu malah menyangka kalau bantalan beton itu pecah lantaran rantai kereta/ lok jatuh menimpa bantalan beton. Aku langsung menilai bahwa kualitas bantalan beton itu sangat kurang karena terkena benturan keras rantai kereta saja sudah pecah. Selain itu antara bantalan satu dengan lainnya yang harusnya terisi batu kricak, justru kurang terisi penuh. Karena bila bantalan itu pecah dengan kondisi minimnya batu-batu kricak di antara bantalan satu dengan lainnya, akan menyebabkan kondisi rel tidak stabil. Beruntung jalur tersebut merupakan jalur yang dilalui KA dengan kecepatan maksimum 50 - 10 km/jam karena akan memasuki wesel-wesel percabangan rel di Stasiun SMT. Tetapi kondisi rel itu tetap membahayakan berapapun kecepatan KA yang melintas. Aku baru sampai di depo Lok SMC untuk memotret jalur Depo Lok SMC-Depo Lok DH-Stasiun SMC setelah KA Barang GGW yang ditarik lok CC20170 milik depo lok JNG melintas dari arah barat (SMC) ke arah timur (SMT). Ketika memasuki depo lok SMC aku menemui lok BB30125 milik Depo Lok Madiun tengah stabling di dekat lok D30117 milik Depo Lok Cepu. Dua lok DH ini rencananya digunakan sebagai lok "yuyu kangkang" bila Stasiun SMT banjir. Tetapi ketika sampai di peron Stasiun SMC, salah seorang pedagang yang mengenalku sbagai pecinta KA (padahal aslinya sudah out sejak 12/1-2008), wartawan, dan penulis masalah KA di Suara Merdeka, melaporkan kalau sekitar pukul 13.00 terjadi kebakaran di cerobong asap lok DH (lok D30117) yang tengah langsir dari SMC-depo lok SMC karena melangsir KA Tawang Jaya. Beruntung api dapat dipadamkan dan tidak ada korban. Ketika aku sampai di depo sebelumnya, kondisi lok sudah cukup baik. Tetapi aku masih bertanya kok bisa-bisanya cerobong asapnya terbakar. Kalau mesinnya terbakar, aku sudah bisa membayangkan. Saat sedang ngobrol dengan pedagang tadi, tiba-tiba jalur 1 masuk lok BB20008 yang menarik KRD Pandanwangi dari Solo Balapan. Wah, kok Pandanwangi, kenapa bukan KRD Kaligung dari Tegal yang begitu banyak "bidadari-bidadari" (cewek-cewek cantik mahasiswi) Tegal turun dari dalam KRD itu. Lumayan... buat cuci mata. sekian hasil penelitianku...from PeKAMatra (Peduli Kereta Api Masinis Putra). (Tamat)
Jayalah KA Indonesia... Semboyan 40/41
Nugroho Wahyu Utomo
Selasa, 14 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar